Menulis Fiksi Itu Asyik, Begini caranya!


Judul : Menulis Fiksi Itu Asyik, Begini Caranya

Resume ke- : 9

Gelombang ke-: 29

Hari/ Tanggal : Jum’at/ 14 Juli 2023

Tema: Kiat Menulis Cerita Fiksi

Narasumber : Sudomo,S.Pt

Moderator : Arofiah Afifi,S.Pd.

 

Bulan malam ini tak seberpendar ketika purnama lalu. Angin bertiup lembut dengan dinginnya. Saya rasai itu dengan  hati yang berbingar ketika membuka grup wa KBMN dan tertera tema Kiat Menulis Cerita Fiksi. Rupanya, narasumber hebat yang mala mini akan saya copy ilmunya adalah Bapak Sudomo, S.Pt. Beliau seorang guru sekaligus penulis yang sudah melahirkan karya indah. Bersama beliau untuk menemani kami para peserta KBMN adalah moderator cantik Ibu Arofiah Afifi, S.Pd. Beliau juga seorang penulis yang luar biasa. Kolaborasi yang mantap sekali.

 

Menulis fiksi bagi saya sebenarnya bukan hal yang benar-benar baru. Sejak duduk di bangku SMP saya menyukai bahasa, termasuk di dalamnya berbentuk tulisan. Waktu itu, saya menuliskan beberapa puisi dan cerpen di sebuah buku.

Ada salah satu buku yang didalamnya memuat beberapa cerpen horror karya saya dan teman-teman. Dan baru dewasa ini baru saya pahami itu disebut antologi. Pernah, buku itu saya bawa ke mas tukang ketik direntalan. Berharap saya bisa pura-pura menerbitkan buku. “hahaha” bahagia sekali dalam hati.

Tapi bahagia itu lebur setelah mas tukang ketik mengabarkan buku saya telah jadi. Ya, saya tidak punya cukup uang untuk membayar. Huh, saya sedih bukan karena kasihan pada mas tukang ketik karena lelahnya tak terbayar, tapi karena sadar bahwa buku saya gagal lahir. Hahaha

Bagi saya, menulis cerita fiksi itu seperti sedang mencurahkan isi hati dan pikiran. Seperti ketika perut kembung, berasa begah sekali, maka ketika bisa terkentut-kentut, wah, lega sekali, kan? Ketika apa keresahan dalam hati dan pikiran itu tertuang, wah, berasa lega sekali.

Agar ketika kita bercerita bisa diterima dan dipahami orang lain, maka saya harus bisa memperbaiki diksi dari apa yang saya ucapkan dengan cara mau mendengarkan cerita orang lain. Mau membaca buah karya orang lain. Agar tak terbata-bata ketika bercerita, maka kita harus rajin bercerita pula. Pun dalam bentuk menulis. Saya yakini, konsisten menulis akan membuat tulisan saya lebih baik.

Semakin malam riuh virtual grup KBMN semakin menyala dengan penyampaian materi menggunakan alur Merdeka. Alur yang diawali dengan mulai dari diri kemudian mengeksplor konsep. Sebagai guru penggerak pada implemenmtasi kurikulum Merdeka, Pak Sudomo membawa saya dan teman-teman untuk merasakan alur Merdeka.

Di ruang keluarga, riuh anak-anak mulai samar, lalu menghilang. Mereka mulai terlelap disamping saya yang masih memandangi laptop. Ketika sampai pada pembahasan kiat menulis cerita fiksi, jemariku yang tak lagi lentik semakin bersemangat merangkai kalimat resume hingga hanya menyisakan suara keyboard yang diketik.

Beliau memberikan enam syarat menulis cerita fiksi:

·         Komitmen niat yang kuat

·         Kemauan dan kemampuan melakukan riset

·         Banyak membaca

·         Mempelajari KBBI dan PEUBI

·         Memahami dasar-dasar menulis fiksi

·         Menjaga komitmen

Selanjutnya, harus membuat premis, kata beliau. Premis adalah ringkasan cerita yang mengandung tokoh, karakter, rintangan, dan resolusi dalam satu kalimat. Kata beliau, premis menjadi salah satu syarat lolos kurasi awal di beberapa platform menulis.

Ketiga, Proses kreatif menulis. Ya, mari mulai menulis. Mulai dengan menemukan unsur-unsur karangan, kemudian membuat kerangka. Kerangka karanganlah yang akan menjadi pahlawan bagi penulis untuk memantapkan prinsip menulis untuk menyelesaikan apa yang telah dimulai dan jangan menulis sambil mengedit. Lakukan swasunting setelah tulisan selesai.

Seru sekali materi malam ini. Saya baca terus materi dan bertemulah saya pada sebuah tantangan untuk melanjutkan sebuah paragraph pendek.

“Brak!

Terdengar suara daun pintu dibanting. Kepalaku memutar menuju sumber suara. Kosong. Dalam remang, mataku menangkap sebuah bayang hitam. Sepertinya aku mengenalinya.

“Kenapa kau berlari tergopoh-gopoh begitu? Masih memakai lengkap jas hujanmu yang basah pula?” kataku.

Dia hanya terengah-engah. Sesekali mengatur nafas yang berantakan sambil menatapku. Semenit, lima menit, sepuluh menit barulah ia tenang.

Dia kakak lelakiku. Ternyata dia kehujanan sepulang dari bekerja. Motornya mogok menyusuri jalanan bersama serentak air hujan. Disimpang jalan petir menyambar bersama listrik yang padam. Kompak sekali. Sialnya, suara anjing mengonggong tiba-tiba ikut serta menakutinya. Ia berlari kencang meninggalkan motornya sendirian. Sementara aku terbahak-bahak mendengar ceritanya. Hahahahaha…

Contrh sambung paragraph itu menjadi point alur merdeka yang ke empat, yaitu Ruang Kolaborasi.

Alur ke empat yaitu Demonstrasi kontekstual. Sebagai contoh saya membuat tema dan preminya sebagai berikut:

Keluarga : Seorang putra kiyai yang sudah memiliki pilihan tapi harus menerima perjodohan demi meneruskan estafet kepemimpinan pesantren.

Pendidikan : Seorang guru yang memiliki tantangan untuk bisa merubah karakter buruk siswa dengan pendekatan personality.

Persahabatan : seorang anak korban perceraian yang harus berjuang menyelesaikan sekolahnya dengan dukungan sahabatnya.

Alur kelima adalah Elaborasi pemahaman

Alur ke enam adalah Koneksi antyar materi dan terakhir adalah aksi nyata.

Sebagai aksi nyata, selian demo adalah dengan menerapkan secara langsung ilmu yang sudah tercopy dengan jadinya resume materi ke-9 ini.

 

 

 

 

 


 

Komentar

Posting Komentar