Apa itu Passion? Passion disebut juga sebagai renjana. Renjana adalah rasa hati yang kuat. Dalam hal ini passion menulis berarti adanya rasa yang kuat, rindu, dan selalu ingin menulis. Menurutnya menulis bukan sekedar mencatat ilmu yang dimiliki, namun menulis menjadi sebuah kebutuhan. Jika menulis sudah menjadi sebuah kebutuhan, maka akan muncul rasa tidak nyaman, rasa kehilanagn, atau rasa ada yang kurang jika sehari saja tidak menuluis.
Menulis merupakan aktifitas transfer ilmu melalui tulisan. Dengan menulis ilmu yang dimiliki bisa tersalurkan kepada siapa saja yang membacanya. Selain bisa menjadi sebuah profesi menggiurkan yang dapat menghasilkan rupiah, menulis juga menjadi sarana untuk mengabadikan bahwa diri penulis pernah ada. Karena salah satu hal yang bisa menjadi bekal setelah mati adalah ilmu yang bermanfaat. Maka dengan tulisan, nama kita akan selalu ada dan ilmu yang mengalir dari tulisan kita akan menjadi sumber pahala untuk kita.
Lalu, bagaimanakah cara agar menulis bisa menjadi passion?
Nah, dalam kesempatan belajar menulis di KBMN pertemuan kedua ini, narasumber Ibu Sri Sugiastuti,M.Pd. yang dikenala dengan panggilan Bunda Kanjeng menceritakan pengalaman luar biasanya terkait dengan passion beliau dalam menulis. Dalam pemaparan beliau, saya menangkap beberapa hal penting bagaimana menulis itu bisa menjadi passionnya.
Membudayakan literasi baca tulis sejak dini
Bunda Kanjeng menuturkan bahwa di dalam keluarganya memang ditanamkan budaya literasi. Sejak kecil beliau selalu dibacakan surat kabar, rubrik-rubrik dan lain lain tentang apapun dengan suara keras sehingga anak-anaknya dapat menyimak dengan baik. Terkadang anak-anaknya juga diberi kesempatan untuk membaca keras. Beliau merasa berawal dari kebiasaan itulah hingga dewasa tertanamlah dalam diri untuk menyukai literasi.
Membiasakan anak dengan dunia literasi sejak dini bahkan sejak bayi memang sangat membawa dampak positif ketika anak tumbuh dewasa. Ahli di US National Center on Early Childhood Development, Teaching and Learning mengatakan bahwa membacakan buku pada anak berdampak signifikan pada jumlah kosa kata yang dimiliki anak.
Diantara beberapa tokoh Islam, kita kenal Bapak Kedokteran Modern Dunia, Abu Ali al-Huseyn bin Abdullah bin Hasan Ali bin Sina atau terkenal dengan nama Ibnu Sina. Sejak usia sepuluh tahun, Ibnu Sina sudah mengahfal Al-Qur'an dan menguasai berbagai ilmu. Dari kagiatan literasinya sejak kecil itu Ibnu sina menjadi tokoh besar Islam dengan menulis tidak kurang dari seratus buah kitab mengenai berbagai ilmu pengetahuan.
Tidak kalah terkenalnya, Imam Syafi'i yang dikenal sebagai penulis kitab Ar Risalah yang membahas tentang Fiqih. Sejak kecil beliau suka pergi ke kantor madrasah untuk meminta kertas bekas sebagai alat tulis karena beliau tidak memiliki uang.
Dari kisah-kisah hebat tersebut, jelas bahwa pembiasaan sejak kecil sangat berpengaruh pada kecintaan terhadap literasi dikemudian hari. Tentu poin ini berguna untuk dijadikan dasar pembiasaan pada balita atau anak-anak sekolah saat ini.
Berkomitmen Tinggi
Sebagaimana maqolah yang sering kita dengar bahwa "Innamal a'malu bin niat", segala suatu itu tergantung niatnya. Untuk menjadi seorang penulis maka kita harus pasang niat terlebih dahulu. Niat itu harus kita pegang teguh apapun kondisinya. Dengan niat yang kuat, komitmen yang tinggi maka penghalang-penghalang yang melemahkan kegiatan berliterasi akan semakin mudah dilalui.
Bergabung grup-grup Literasi
Bergabung grup-grup literasi akan membawa kita pada lingkungan yang sefrekuensi. lingkungan yang sefrekuensi akan membuat kita berkutat dengan orang-orang yang kegiatannya kurang lebih sama dalam hal literasi, sehingga ini akan membantu kita merasa ringan dan mudah menjalani kegiatan berliterasi.
Rajin mengikuti kegiatan Literasi
Setelah bergabung dnegan grup atau lingkungan Literasi yang sefrekuensi, maka kita harus rajin mengikuti kegiatannya, mulai dari berlatih menulis sedikit demi sedikit, mervisi, menulis lagi sampai berhasil menulis menjadi sebuah karya jadi yang apik.
Aktif berdiskusi dengan sesama penulis
Tambahan dari saya, berdiskusi dengan sesama penulis ini tidak harus selalu dengan penulis senior, tapi juga sesama pembelajar Literasi. Dengan demikian, kita bisa saling bertukar pikiran, pendapat, pengalaman, bahkan saling curhat keluh kesah dalam menulis. Semua itu bisa menjadi bahan referensi untuk memperbaiki tulisan maupun sekedar penyemangat dalam menulis.
Pantang menyerah
Menyerah adalah kata yang harus dihapus dari kamus kehidupan siapapun. Dalam ceritanya, Bunda kanjeng juga pernah ditolak oleh salah satu penerbit. tapi beliau tidak putus asa hingga akhirnya beliau berhasil menerbitkan sendiri bukunya. Keteguahan beliau dalam menulis kini sudah membuahkan ratusan karya dan saat ini sudah menelurkan pundi-pundi rupiah yang bisa beliau nikmati dimasa senjanya. Meskipun demikian, beliau tetap aktif menulis dan menularkan ilmunya kepada calon-calon penulis baru.
Iatiqomah
Usaha apapun jika gagal istiqomah, maka tidak akan berhasil dengan baik. Pun demikian dalam menulis. Jika putus asa ketika satu kali dua kali tulisan ditolak atau sepi pembaca, maka selamanya kita akan gagal menjadi penulis. Memulai segala sesuatu itu mudah, tapi pada poin istiqomahnya inilah yang paling sulit. pelajaran yang dapat dipetik juga dari ilmu Bunda Kanjeng adalah, "beristirahatlah ketika merasa lelah, lalu segera mulai lagi".
Terimakasih ilmunya..
BalasHapusMantap. Ulasannya bagus, terimakasih untuk ulasan dan sharing ilmunya.
BalasHapus