Judul : Menakhlukkan Writer's Block
Resume ke- : 7
Gelombang
ke-: 29
Hari/
Tanggal : Rabu/ 11 Juli 2023
Tema:
Mengatasi Writer's Block
Narasumber
: Ditta Widya Utami, S.Pd. Gr.
Moderator
: Ahmad Fatchuddin
Senang
sekali rasanya saat ini saya berhasil mengalahkan rasa malas menulis yang
menyerang beberapa hari ini. Berlibur di kampung halaman membuat saya terlena,
terlebih karena saya tidak membawa laptop. Hingga sampailah kemarin hari Selasa
11 Juli 2023 pada pertemuan online ke-7 KBMN bersama narasumber cantik Ibu
Ditta Widya Utami S.Pd.Gr. pertemuan ini
berjalan mulus dengan moderator hebat Bapak Ahmad Fatchudin.
Membaca
tema sekilas “ Mengatasi Writer’s Block” membuat saya sangat antusias
menyimak meskipun tersendat-sendat karena malam itu bebarengan dengan acara
tasyakuran saudara yang pulang dari tanah suci.
Saya
sadar penuh waktu itu bahwa malas dan Writtesr’s Block ini sedang
menguasai diri. Sepulang dari rumah orangtua saya, saya lanjut menulis resume
ke-7 saya ini. Demi melawan Writer’s Block ini, malam setelah saya
menidurkan bayi saya, saya membuka laptop dan mendengarkan musik kesukaan. Ya,
saya memilih lebih dahulu untuk relax saja dengan mendengarkan musik. Barulah
saya menggali bagaimana nanti saya menuliskan resumnya.
Penulis
dari Subang Jawa Barat ini menceritakan kisah dan tulisan-tulisannya ini
membuat saya iri. Rasa iri ini membakar kembali semangat saya untuk terus
belajar menulis dan yakin bahwa suatu hari nanti tulisan saya akan ditemukan
oleh pembacanya.
Beliau
menyampaikan bahwa hampir setiap penulis pasti pernah menemui masa Writer’s
Block . Yaitu kondisi ketika penulis mengalami pelambatan atau bahkan
kemandekan dalam menulis. Nah, ini saya banget. Sering sekali menemukan ide,
mulai menulis, lalu belum sempat selesai, ide-ide itu tak lagi berkelanjutan.
Hilang sama sekali berhari-hari, berminggu- minggu, bahkan bertahun-tahun.
Akhirnya menumpuklah tulisan-tulisan yang pernah saya mulai itu tanpa selesai. Sebab
itulah saya menjadi sangat tertarik dengan tema KBMN part 7 ini karena saya
yakin akan menemukan obat kebiasaan buruk saya dalam menulis itu.
Banyak
sekali alasan yang menyebabkan Writer’s Block. Takut atau khawatir
tulisannya jelek atau terlalu perfeksionis,
takut mendapat mendapat kritik, kuang inspirasi, belum punya tujuan yang jelas,
kesibukan, atau mudah lelah/ stress fisik dan pikirannya, atau mood yang
sering berubah-ubah. Semua penyelesaian dari alas an-alasan tersebut tentu
kembali kepada seberapa besar penulis berusaha mengobatinya sehingga virus WB
tidak sam;ai mematikan produktifitasnya dalam menulis.
Lalu,
bagaiamana mengatasinya? Ibu Ditta menganalogikan dengan kita tidak akan
memberikan obat maag kepada orang yang cidera lutut. Ya, tentu sebab yang
berbeda penyelesaiannya pun berbeda. Jika sebabnya lelah fisik, maka istirahat
dulu. Jika sebabnya stres maka lakukan kebiasaan masing-masing untuk mengobati
stress itu. Bisa healing, mendengarkan musik, berlibur, shopping,
atau nonton. Karena orang yang lelah mental pun penyelesaiannya berbeda-beda.
Terkait
dengan penyebab Writer’s Block rasa takut dikritik, perlu di pahami
bahawa tulisan kita menulis memang untuk dibaca orang lain, dan ketika tulisan
itu sudah dibagikan, maka siapapun berhak membaca dan memberikan saran maupun
kritik. Maka menjadi penulis harus menyiapkan hati legowo menerima dan
menjadikan saran kritik itu untuk membangun tulisan yang lebih baik. Dari
setiap respon yang diberikan oleh pembaca pada tulisan kita akan sangat memberikan
pengaruh postif dan lecutan semangat untuk kita konsisten menulis.
Jika
Writer’s Block itu karena terlalu perfeksionis, selalu merasa tulisannya
jelek, kurang, tidak pantas dibaca orang lain, maka harus ditanamkan dalam hati
bahwa terlalu perfeksionis justru berbahaya karena dapat membunuh kreatifitas.
Dari semua hal itu, ketika menulis semua distraksi harus dijauhkan.
Aktifitas
kelima panca indra sangat berpengaruh pada ide-ide yang bisa kita munculkan
untuk menulis. Dengan memakismalkan kelima panca indra akan membantu kita
menemukan kembali ide-ide menulis. Sehinnga kita tetap bisa produktif menulis
dan meminimalkan kondisi writer’s Block.
Menulis
dengan teknik free writing dan menulis ekspresif. Free Writing adalah
menulis tanpa memperhatikan aturan menulis, baik tata bahasa maupun aturan
PUEBI. Tidak perlu memperhatikan titik, koma, capital atau lainnya, yang
penting menulis saja. Sedangkan menulis ekspresif yaitu mengungkapkan apapun
yang ada di dalam hati dan pikiran dalam bentuk tulisan. Menulis ekspresif ini
sama dengan menulis diary.
Apapun
itu, selama tidak mengandung tema-tema yang dilarang seperti pornografi, SARA,
dan tidak menyinggung orang atau instansi lain maka tulis saja. Seiring
berjalannya waktu, tulisan-tulisan itu akan lebih baik dengan sendirinya. Saya
ingat kata Omjay di awal-awal pertemuan “Menulislah dan buktikan apa yang
terjadi”.
Komentar
Posting Komentar